Monday, September 2, 2013

Rencana Serang Suriah, Obama Dikritik Warganya


Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama sudah dihujani kritik di dalam negeri ketika masyarakat dunia Sabtu sedang menunggu kabar tentang kapan Obama akan mengeluarkan perintah menyerang rezim Suriah yang dilengkapi dengan persenjataan kimia.

Di saat jajak pendapat terbaru memperlihatkan, publik Amerika sama sekali tidak mendukung rencana Obama untuk melancarkan operasi yang "terbatas dan picik", para penentangnya dari kalangan garis keras menuntut dilakukannya tindakan yang lebih tegas terhadap Suriah.

Pada hari Jumat, Gedung Putih mengeluarkan laporan intelijen yang menyimpulkan bahwa pemerintahan Bashar al-Assad telah membunuh lebih dari 1.400 warga sipil dalam serangan gas saraf.

Obama mengatakan Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk bertindak, namun menjanjikan hanya akan melakukan operasi terbatas guna menghukum penggunaan persenjataan yang dilarang --dan bukan untuk menggulingkan pemerintahan Bashar.

Sementara Obama sedang terus berkonsultasi dengan para penasehatnya di Gedung Putih, bekas lawannya pada pemilihan presiden, Senator John McCain, menyebut rencana Obama itu sebagai hal "yang memalukan."

"Tampaknya presiden ingin melancarkan serangan basa-basi, meluncurkan beberapa peluru kendali dan kemudian mengatakan: 'Nah, kami sudah bertindak.'," kata McCain dalam acara bincang-bincang bersama pembawa acara Jay Leno di stasiun televisi NBC.

"Ini presiden sama, yang dua tahun lalu mengatakan Bashar al-Assad harus keluar (dari kepemimpinan). Ini juga presiden yang mengatakan akan ada garis batas jika mereka menggunakan senjata kimia," katanya.

"Mungkin garis batas itu ditulis dengan tinta yang luntur? Saya tidak tahu. Tapi, kita harus bertindak sebaik apa yang kita ucapkan. Dan apakah ada pilihan lainnya yang baik? Tidak."

McCain mengatakan jika ia menjabat sebagai panglima tertinggi, seperti yang ia harapkan setelah kalah oleh Obama dalam pemilihan presiden tahun 2008, ia akan menghancurkan pangkalan-pangkalan udara rezim Suriah dan mempersenjatai para pejuang pemberontak.

"Yang memalukan adalah, tidak ada satu senjatapun dari AS yang sampai ke tangan Jenderal Idris dan Tentara Suriah Merdeka. Menurut pandangan saya, ini hal yang memalukan," katanya.

Pada bulan Mei, McCain --sosok neokonservatif berusia 77 tahun yang merupakan bekas tawanan Perang Vietnam-- telah berkunjung ke Suriah dan bertemu dengan para pemimpin pemberontak yang memerangi Assad.

Sejak kunjungan itu, McCain menjadi sosok bersuara paling keras yang menginginkan AS melakukan campur tangan terhadap rezim Assad --yang didukung oleh Iran itu.

Ia juga berbicara mengatasnamakan faksi garis keras Washington yang merasa bahwa kehati-hatian Obama telah melemahkan tangan Amerika.

Tim utama Obama --Menteri Luar Negeri John Kerry, Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice dan Menteri Pertahanan Chuck Hagel-- pada hari Sabtu akan menyampaikan pandangan kepada para anggota Kongres asal Republiken yang skeptis, di saat kemungkinan serangan terbuka lebar.

Namun, sementara McCain dan sekutu-sekutunya menganggap tindakan yang dijanjikan AS terhadap serangan gas terhadap warga sipil Suriah sebagai kelemahan yang memalukan, banyak pihak maupun negara-negara sekutu AS menganggap tindakan itu merupakan langkah yang ceroboh.

Parlemen Inggris pada hari Kamis melakukan pemungutan suara yang hasilnya menentang rencana pemerintah Inggris untuk bergabung dengan koalisi pimpinan AS menyerang Suriah. Prancis menjadi satu-satunya sekutu AS yang tampaknya akan ambil bagian dalam operasi serangan ke Suriah itu.

No comments:

Post a Comment