Cerita ini berasal tanah Minang Kabau nan terletak di kaki Gunung Merapi.
Disebuah desa hiduplah dua anak manusia yang baru beranjak dewasa, Dikarnakan hubungan meraka sudah terlalu akrab dan sudah dianggap tidak wajar lagi, maka kedua orang tua bermaksud menikahkan kedua anak manusia tersebut. Pertemuan demi pertemuan sudah menetapkan hari H-nya. Dimalam pertama hari pernikahannya tidurlah kedua mempelai diatas peraduannya tanpa melakukan apa-apa. Fajar diufuk timur sudah mulai keluar dan ayampun sudah berkok, tandanya hari sudah siang.
Dipagi nan indah itu datanglah Ibu dari mempelai laki-laki ingin menanyakan pada anaknya:
Ibu : Udin, kau apakan si upik tadi malam
Udin : Ndak ado do mak, kami lalok sajonyo (Tidak diapa-apikan, kami tidur saja)
Ibu : Bisuak malam wa'ang tidua di ateh siupik (Besok malam kamu tidur diatas siUpik)
Malam kedua Karna ingat pesan dari ibunya tanpa basa-basi siudin naik ketempat tidur dan lansung menaiki Istrinya (tidur diatas perut istrinya), karna sudah taktahan menahan sakit siupik menjerit-jerit, namun siUdin tetap tidur diatas perut istrinya samapai pagi. Dan esok pagi Ibunya datang lagi menanyakan: Ibu :
Udin, Ba'a lai lamak rasonyo?, ba'a kato siUpik (Udin, Gimana enak rasanya?, apa kata siupik?)
Udin : Kalau Udin memang lamak Mak, tapi siupiak mamakiak-makiaknyo (Kalua udin memang enak, tapi siupik menjerit-jerit karna kesakitan)
Ibu : Wa'ang apoan memangnyo (Kamu apakan sebenarnya)
Udin : Lalok ajonyo diateh paruiknyo tu (Cuma tidur diatas perut dia)
Ibu : Bodoh wa'ang (Bodoh kau) Pada siangnya Dengan rasa kasihan pada anak-anaknya maka siIbu ambil jalan pintas untuk mengajari SiUdin anaknya, bagaimana caranya orang berumah tangga (bersebadan), terjadilah dialok:
Ibu : Udin, beko malam sabalun lalaok wa'ang sabuikan PESAWAT SIAP MENDARAT baulang ulang. (Udin, nanti malam sebelum tidur kamu bilang sama siUpik PESAWAT SIAP MENDARAT berulang-ulang)
Udin : Jadih mak. (Baiklah Mak)
Malam Ketiga Jarum jam sudah menunjukan pukul 10 malam, maka kedua penganten itu memasuki kamar tidurnya, Sifat udin yang tidak pelupa akan nasehat Ibunya maka sebelum tidur si Udin mengucapkan PESAWAT SIAP MENDARAT, PESAWAT SIAP MENDARAT, PESAWAT SIAP MENDARAT, namun tak ada respon dari si Upik karna dia tidak dijari untuk menjawab apa oleh Ibu siudin Pagi harinya Ibu udin datang lagi dan menanyakan apa tanggapan siUpik,
Ibu : Udin, ba'a kato siupik mandangan kecek wa'ang (Udin, apa kata siupik mendengar ucapan kau)
Udin : Diam sajo inyo mak, lah bosan awak mengecek itu tapi inyo diam sajo (Diam saja dia Mak, Sudah bosan Udin ucapkan kata-kata itu)
Siang harinya Ibu Udin datang menemui Siupik untuk mengajarinya, maka terjadi dialok;
Ibu : Upik, kalu siUdin mangecekan PESAWAT SIAP MENDARAT, mako Upik jawab LANDASAN SIAP MENERIMA. (Upik, kalua Siudin ucapkan kata PESAWAT SIAP MENDARAT, maka Upik jawab LANDASAN SIAP MENERIMA)
Upik : Jadilah Mak (Baiklah Mak) Malam keEmpat
Malam ini bertepatan dengan malan minggu, jadi penganten ini agak lambat tidurnya. Malam telah larut sekitar jam 12an pasangan ini memasuki kamar tidurnya. Sudah sekian lama mereka berbareng ditemap tidur namun siUdin tidak pernah mengatakan PESAWAT SIAP MENDARAT, maka siUpik ambil ini siatif untuk mengatakan LANDASAN SIAP MENERIMA 3x, dengan tegasnya siUdin menjawab
PESAWAT RUSAK!!!!!!
No comments:
Post a Comment